Sabtu, 16 Januari 2010

PERSETERUAN ANTARA ISRAEL-PALESTINA

A. Akar Permasalahan
Persoalan Palestiana berawal dari konflik wilayah antara bangsa Arab dengan bangsa Yahudi. Yang memperebutkan wilayah Palestina. Bangsa Yahudi ingin kembali ke Palestina yang dipandangnya sebagai wilayah tanah airnya. Dan mendirikan Negara Yahudi di Palestina. Ketiak Palestina dikuasai oleh Turki, telah banyak orang Yahudi yang datang ke Palestina dan hidup damai berdampingan dengan bangsa arab. Namun dengan adanya suatu kekuatan politik yang timbul dari gagasan Dr. Theodore Herzl (seorang wartawan Yahudi Austria) yang menulis artikel yang berjudul Der Judenstat (Negara Yahudi). Herzl sengaja mengangkat persoalan kaum Yahudi karena erasaan Anti-Yahudi ada dimana-mana ditambah lagi adanya dukungan dari kaum yahudi di Eropa Timur. Sehingga timbul suatu gerakan Zionisme pada tahun 1895. tujuan dari Zionisme adalah :

1. Mempersatukan semua orang yahudi diseluruh dunia yang tidak hanya sebagai sutau ras, melainkan menjadi satu nation (Kongres Zionis di Basel-swiss).
2. Menuntut palestina sebagai tanah air bangsa yahudi.
3. Mendirikan sebuah Negara yahudi (Israel),
4. Mengusahakan kembalinya bangsa yahudi ke Palestina.


B. Konflik Israel -Palestina
Israel, sebuah Negara yahudi yang atas dasar deklarasi Balfour, sedikit banyak telah mempengaruhi situasi politik di Timur Tengah. Keputusan PBB untuk membagi tanah palestina yang sebelumnya merupakan koloni inggris yang direbut dari kerjaan Turki Usmani mendapatkan tentangan keras dari dari Negara-negara Arab. Kaum Yahudi yang mendapatkan 55% dari seluruh wilayah Palestina walaupun jumlah penduduk mereka hanya mewakili 30% dari seluruh penduduk daerah ini. Kaum Yahudi akhirnya memproklamasikan berdirinya Negara yahudi Israel pada tanggal 14 mei 1948 dan sehari kemudian langsung menjadi korban serbuan Lebanon, Irak, Suriah, Mesir dan Yordania. Peperangan terus berlanjut dikemudian hari diantaranya perang kanal Suez, perang enam hari, perang Yom Kippur dan lain-lain.
Dalam perang Yom Kippur yang menjadi titik tolak mengambangnya masalah Palestina, Mesir dan Suriah merupakan Negara yang paling menderita dalam perang ini disamping rakyat palestina dan tentunya Israel sendiri. Kedua negara ini kehilangan hampir 35000 tentaranya. Mesir sendiri yang pada akhir perang terdesak oleh pasukan Israel hingga ke daerah terusan Suez dan perbatasan ibukota Kairo akhirnya menandatangani perjanjian Camp David.
Palestina terletak di bagian barat benua Asia yang membentang antara garis lintang 15-34 dan 40-35 ke arah timur dan di antara garis lintang meridian 30-29 dan 15-33 ke arah utara. Palestiana membentuk bagian tenggara dari kesatuan geografis yamg besar di balahan timur dunia Arab yang disebut dengan negeri Syam. Selain Palestina, Syam juga meliputi Lebanon, Suriah, dan Yordania. Perbatasan palestina di mulai dari Lebanon di Ras el-Nakoura di wilayah laut tengah dan dengan garis lurus mengarah ke timur sampai daerah di dekat kota kecil Lebanon yaitu Bent Jubael dimana garis pemisah antara kedua Negara miring ke utara dengan sudut yang hampir lurus. Pada titik ini, perbatasan berada mengitari mata air sungai Yordania yang menjadi bagian dari Palestina dalam jalan kecil yang membatasinya dari wilayah timur dan wilayah barat Suriah dan danau Al- Hola, Laut Tengah dan Tabbariyya.
Perbatasan dengan Mesir dapat digambarkan dengan garis hampir membentang lurus yang membentang antara daerah semi pulau Semena dengan padang pasir Al-Naga. Perbatasan ini di mulai dari Rafah di Laut Tengah hingga sampai ke daerah Taba di teluk Aqaba. Karena lokasinya terletak di pertengahan Negara-negara Arab, Palestina membentuk kombinasi geografi yang natural dan humanistic bagi medan teresterial yang luas yang memuat kehidupan orang-orang asli Badui di wilayah selatan dan gaya pendudukan yang sudah lama di kawasan utara.
Tanah Palestina punya keistimewaan di banding yang lainnya karena merupakan bagian dari tempat diturunkannya semua agama Samawi tempat dimana peradaban kuno muncul dan menjadi jembatan aktivitas komersial dan tempat penyeludupan ekspedisi militer di sepanjang Sejarah yang berbeda. Lokasi strategis yang dimiliki Palestina memungkinkannya untuk dijadikan faktor penghubung antara berbagai dunia kuno baik Asia, Eropa maupun Afrika. Palestina menjadi tempat yang dijadikan pintu masuk bagi perjalanan kenegara-negara tetangga.
Perjuangan Yasser Arafat dengan organisasi PLO, yang telah mendapatkan hasil maksimal dalam usahanya membebaskan Palestina dari cengkraman Israel. Kegagalan PLO dalam berjuangan Pelestina kemudian melahirkan sebuah organisasi Islam radikal yang bernama Hamas dalam membendung serangan Israel Hamas menggunakan taktik Intifadha dan perang gerilya yang berlawanan dengan taktik PLO yang menggunakan jalan diplomasi dan perundingan. Pada akhirnya waktulah yang menentukan kalau Intifadha yang disponsori Hamas jauh lebih berhasil dibandingkan diplomasi ala PLO.
Perpecahan dunia Arab menjadi beberapa kubu yang saling bertentangan, benar-benar menyudutkan posisi PLO walaupun sejak perang Oktober 1973, Yasser Arafat telah bersikap cerdik dalam memelihara perkembangan perimbangan kekuatan dunia Arab, namun poarisasi serta dampak perang Irak-Iran telah melahirkan ketegangan-ketegangan tertentu dalam system yang lebih rumit. Hasil perjanjian Camp David yang awalnya untuk menyelesaikan masalah Palestina ternyata tidak jelas dan semakin mempersulit posisi Palestina.
Merosotnya pengaruh politik PLO terlihat tatkala Arafat berupaya menegaskan kembali kebebasannya dengan mengambil sikap yang relative netral dalam permusuhan Suriah versus Irak. Perjuangan bagi penundaan konferensi puncak antagonisme diantara kedua kubu sama sekali tidak diacuhkannya. Kegagalan ini menyebabkan Arafat tundukpada tekanan Suriah dan dengan terpaksa menyetujui pemboikotan terhadap pertemuan puncak liga Arab di Amman, Yordania tahun 1980. Masalah lain yang dihadapi palestina adalah tumbuhnya permusuhan antara mereka dengan orang-orang Lebanon. Orang-orang Palestina seringkali meremehkan kedaulatan Lebanon, sebaliknya orang-orang Lebanon berkeyakinan bahwa PLO bersungguh-sungguh bermaksud menanamkan dirinya tatkala peluang bagi pembentukan kekuasaan Negara murni semakain kecil.
Konsep penanaman yamg beranggapan bahwa rakyat palestina tengah berada pada proses pembentukan kedaulatan di selatan Lebanon, sebagai bagian darin apa yang di nilainya merupakan rencana amerika dan memecahkan di lema timur tengah dengan menempatkan mereka secara permanen. Namun tidak terdapat bukti yang memperkuat anggapan tersebut.
Dengan demikian posisi PLO di dalam dunia arab, telah di hancurkan oleh polarisasi dalam perang Irak-Iran. Hal ini terjadi karena PLO amat bergantung pada keanekaragaman kedua blok yang terseret dalam perang tersebut. Posisi PLO yang dalam hal ini terjepit diantara dua kepentingan yang saling bertentangan telah mengakibatkan lunturnya kepercayaan rakyat Palestina terhadap perjuangan diplomasi yang dilakukan PLO. Dengan terjadinya peristiwa ini Hamaslah yang mendapat keuntungan besar karena aksi Intifadha yang disponsori Hamas jika dilihat dari segi efktivitas cenderung lebih berhasil bila dibandingan dengan jalan terakhir yang ditempuh PLO.
Perjuangan Hamas sendiri sangat dipengaruhi oleh ajaran Wahabi dari Arab Saudi, yang menjadi pemasok keuangan bagi kelangsungan operasi Hamas disamping Iran dan Suriah. Kebijakan politik Hamas yang kurang mendukung usaha diplomasi Yasser Arafat pada era 1990-an dimana dihasilkan perjanjian Oslow dan juga program Jerico – Gaza first yang kemudian mengalami kegagalan dan jalan buntu. Akibatnya di Palestina sering terjadi pertikaian antara faksi-faksi perjuangan seperti Al Fattah, Hamas, PLO, Jihad Islam dan sebagainya.

C. Apa Itu HAMAS ?
HAMAS merupakan “Gerakan Perlawanan Islam” di Palestina yang berideologi Islam dan bersifat ‘Fundamentalis’. Fundamentalisme dalam hal ini diartikan sebagai faham yang kemudian diwujudkan melalui gerakan “kembali ke Islam”, Islam dijadikan sebagai asas utama pergerakannya dan nilai-nilai yang ada didalamnya merupakan pegangan hidup yang dijadikan rujukan tingkah laku anggotanya dalam bertindak. Didirikan pada 14 Desember 1987 oleh Syeikh Ahmad Yassin sekaligus sebagai pemimpin spiritual HAMAS.
Jika membicarakan HAMAS, maka tidak lepas dari cikal bakal dan akarnya sebab akar ideologi gerakan HAMAS telah tumbuh sejak tahun 1950-an dan banyak dipengaruhi oleh ideologi dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang didirikan pada tahun 1928 oleh Hasan al-Banna. Bisa dikatakan HAMAS merupakan metamorfosis dari gerakan yang dilakukan Ikhwanul Muslimin di Palestina. Meskipun telah dibekukan keberadaannya oleh Perdana Menteri Mesir, Muhammad Fahmi Naqrasyi yang berkuasa pada saat itu, pergerakannya tetap masih ada melalui perjuangan bawah tanah. Geliat ideologi Islamis pada awalnya tenggelam terlebih sejak bangkitnya gerakan nasionalis Arab yang diusung oleh Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dari partai sosialis Arab Baath yang berkuasa di Irak dan Suriah saat itu. Kekalahan bangsa Arab atas Israel pada perang tahun 1967 membangkitkan kembali geliat ideologi Islam yang merupakan alternatif dari gerakan nasionalis yang dianggap gagal menghadapi Israel.
Ikhwanul Muslimin semula merupakan sebuah “jamaah yang murni religius dan filantropis yang bertujuan menyebarkan moral Islam dan amal baik”. Ideologi gerakan ini disebut Islamis karena memiliki cita-cita dan tujuan menjalankan syariat Islam dan berkeyakinan berdirinya negara Islam sebagai unsure penting dari tatanan Islami yang diinginkan dan muncul sebagai penetrasi ideologi Barat dan dominasi imperialisme Barat khususnya di Timur Tengah yang menimbulkan reaksi dan penolakan.
D. Politik HAMAS
Keputusan politik yang tak kenal kompromi yang digulirkan oleh syekh Ahmad Yassin terhadap Zionis Israel telah menyebabkan para pemimpin Hamas mulai dari Ahmad Yassin hingga perdana mentri Palestina saat ini, Ismail Haniya menjadi target utama yang harus disingkirkan. Keputusan politik yang ditetapkan Hamas dalam menyikapi peta perundingan yang berisi antara lain penyerahan, pengamanan Tepi Barat dan jalur Gaza kepada polisi Palestina, pemberian kewenangan kepada pemerintah otoritas Palestina untuk membentuk angkatan bersenjata telah menyebabkan Mahmoed Abbas selaku presiden palestina tak berdaya karena harus mengemban misi ”peta jalan damai” pesanan Amerika, dilain pihak harus menghadapi perlawanan fisik dan mental dari sebagian besar rakyat Palestina yang didukung oleh faksi garis keras yang menaruh keraguan atas niat baik Amerika Serikat.
Pelaksanaan pemilu Palestina yang dijadikan syarat oleh Amerika Serikat pada Palestina sedikit banyak telah menghapus keraguan berbagai pihak atas “peta jalan damai”. Ketika hasil pemilu diumumkan dan Hamas kemudian menjadi pemenangnya dan membentuk kabinet di bawah Ismail Haniya. Amerika Serikat sendiri menolak hasil pemilu yang demokratis tersebut karena mengganggap Hamas sebagai organisasi teroris yang mempunyai akses dengan Al Qaeda. Sebagai tindak lanjut atas kebijakan Hamas tersebut Menlu Condolisa Rice melakukan pertemuan dengan presiden Uni Eropa Javier Solane untuk menghentikan bantuan Ekonomi dan keuangan pada otoritas Palestina.
Kesulitan keuangan yang dialami Kabinet Hamas dalam membayar gaji pegawainya hingga kini belum teratasi, walaupun Iran dan Arab Saudi memberi bantuan. Konflik internal antara presiden Mahmoed Abbas dengan perdana mentri Haniya telah mengganggu jalannya pemerintahan otoritas Palestina. Kementrian kesehatan yang berada di bawah Haniya mengumumkan kalau mereka kekurangan pasukan obat dan biaya operasional Rumah Sakit karena pemblokiran rekening keuangan dan territorial oleh Israel dan Amerika Serikat. Keadaan masyarakat Palestina yang mulai dilanda perpecahan karena presiden Abbas mengumumkan kepada polisi dan pegawai negeri yang loyal kepadanya untuk menjaga tempat-tempat strategis, dilain pihak kabinet Hamas juga mulai membentuk tentara pemerintah baru yang mayoritas calon anggotanya berasal dari Brigade Al Quds yang merupakan sayap militer Hamas.
Keberhasilan Hamas meraih 76 kursi parlemen belum mampu menyatukan berbagi aspirasi rakyat Palestina. Kaum Fattah bersedia mengakui berdirinya Israel, namun pihak pemerintah otoritas Palestina di bawah Hamas yang didukung oleh Iran mengambil kebijakan berseberangan. Kondisi keamanan Palestina yang tidak menentu menurut para analis akan bernasib sama dengan Lebanon, ini semua disebabkan karena pertentangan intern antar faksi Palestina sendiri.
HAMAS, hal ini di pelopori oleh kebangkitan gerakan kaum muda Palestina yang melancarkan serangan terhadap pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat Sungai Yordan yang dipicu oleh serangan-serangan Israel yang membabi buta terutama terhadap warga sipil Palestina sejak Perang Libanon 1982. Momentum ini begitu fenomenal disebabkan oleh keberanian mereka menantang pasukan Israel yang dilengkapi berbagai persenjataan mutakhir, sementara “senjata” mereka hanya berupa batu-batu dan ban-ban bekas ternyata mampu membangkitkan simpati dan membukakan mata dunia internasional khususnya dunia Islam akan penderitaan yang dialami bangsa Palestina di wilayah pendudukan. Perjuangan ini dilakukan oleh kaum muda Palestina yang sebenarnya tidak merasakan langsung masa-masa “revolusi perjuangan” Kemenangan HAMAS: Pengaruh dalam Strategi dan Arah Politiknya Terhadap Proses Perdamaian Israel-Palestina. melawan Israel (perang tahun 1948 maupun 1967),namun karena tinggal di wilayah pendudukan, maka secara langsung merasakan kekejaman, baik berupa kebijakan sosial-ekonomi yang diskriminatif maupun bentuk-bentuk represi fisik lainnya yang dilakukan rezim Zionis. (Sihbudi, ed., 2005:74) Intifadhah kedua meletus di tahun 2000 sebagai respon akan pelanggaran dan kesewenang-wenangan Israel di tanah Palestina dengan kedatangan Ariel Sharon ke MasjidilAqsha yang suci dan membuat umat Islam merasa terhina, terlebih setelah kunjungan Ariel Sharon tersebut, tentara Israel menyerang para jamaah yang sedang beribadah dengan melepaskan tembakan yang mengakibatkan syahidnya para jamaah tersebut. Cita-cita dan tujuan HAMAS tercantum dalam sebuah covenant (piagam) yang berisi seluruh kredo ideologi mereka dan menjelaskan bagaimana kebijakan mereka dalam semua level perjuangan, baik mengenai Israel maupun gerakan nasional lainnya. Penghapusan Israel dari peta dunia merupakan agenda utama HAMAS dalam mewujudkan cita-cita pergerakan demi terwujudnya negara Islam Palestina merdeka. Cita-cita dan tujuan tersebut tidak bisa dipisahkan dari akar HAMAS sendiri yang memiliki tujuan serupa. Oleh karena itu pada akhirnya citacita dan tujuannya akan bersinergi dengan cita-cita dan tujuan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Karena hal ini maka HAMAS dipojokkan oleh Israel dan sekutunya, Amerika Serikat dengan stigma “teroris”.
Struktur organisasi HAMAS terdiri atas dua jenis keanggotaan, yaitu anggota biasa yang terdiri dari kader-kader yang telah dibina secara khusus dalam berbagai pengkaderan HAMAS dan berhak memilih dan duduk dalam kepengurusan HAMAS, kedua adalah anggota luar biasa yang terdiri dari kaum Muslimin yang menyatakan bergabung dalam HAMAS namun dibina secara khusus dan hanya berhak ikut berpartisipasi dalam berbagai kekuatan HAMAS. Memiliki dua divisi yakni, divisi politik dan militer yang bergerak secara sistem sel ditingkat akar rumput dan langsung berjuang pada level terendah. Masjid digunakan sebagai basis gerakan untuk mengobarkan semangat jihad dalam menghadapi Zionis Israel karena masjid adalah tempat yang strategis dan efektif untuk mentransformasikan cita-cita dan arah pergerakan sekaligus sebagai penyebaran ideologisasi kepada rakyat Palestina.
Tercapainya perdamaian dan juga kemerdekaan Palestina tampaknya sangatlah mustahil karena kurangnya inisiatif dari kedua belah pihak yang bertikai yang menguasai mayoritas suara di parlemen. Partai Likud yang merupakan pemenang pemilu di Israel adalah partai garis keras yang tidak menginginkan perdamaian dengan Palestina, dilain pihak Hamas yang menguasai pemerintahan otoritas Palestina juga memiliki kebijakan yang jelas-jelas tidak ingin berdamai dengan Israel walaupun suara kaum minoritas yang dimotori PLO dan Mahmoed Abbas yang moderat menginginkan tercapainya perdamaian dengan Israel.
E. Penutup
HAMAS sebagai kelompok Islam radikal yang Mengkonsentrasikan pergerakannya pada penghapusan hegemoni Israel di Palestina adalah gerakan pemikiran dan sosial, politik dan militer yang telah mengakar di Palestina dan terpatri dalam kesadaran rakyat Palestina. Bahkan HAMAS kini mendapatkan simpatisan yang cukup luas di dunia Arab dan Islam. Berbagai tekanan dan kecaman dari berbagai pihak justru menjadikan gerakan ini semakin populer. Keputusan Israel membunuh para pemimpin HAMAS dinilai sebagai upaya Israel membasmi gerakan perlawanan Palestina sampai ke akar-akarnya, Hingga mempengaruhi sikap poltik HAMAS terhadap Israel. Israel mungkin tidak akan pernah bisa menghancurkan HAMAS secara militer, karena pada dasarnya HAMAS bukan organisasi, melainkan gerakan ideologi yang menjadi tumpuan harapan rakyat Palestina yang telah mengalami kekecewaan atas proses perdamaian selama ini menyusul gagalnya kesepakatan Oslo yang dicapai Israel dan PLO.
HAMAS sadar bahwa sejak menjadi bagian dari Otoritas Palestina, maka tidak bisa menghindari negosiasi dan kompromi poltik yang bisa jadi mempengaruhi alur kebijakan poltiknya menjadi lebih moderat dan pragmatis. Namun sikap ini tampaknya tak berlaku dalam penyelesaian konflik dengan Israel. Memang ada upaya-upaya dialogis dan kompromis yakni dengan menyetujui inisiatif Damai Arab atau “solusi kompromi” tahun 2002 dan semua Resolusi PBB yng mendukung kembalinya hak-hak rakyat Palestina. Serta bersedia menjalin hubungan diplomatik secara kolektif dengan Israel dengan syarat Israel harus mundur dari semua tanah Arab yang diduduki tahun 1967. Namun Israel sendiri tetap menganggap pemerintahan HAMAS adalah tidak sah dan tidak perlu diperhitungkan, karena Israel tetap melakukan hubungan diplomatik dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tanpa melibatkan HAMAS. Sejak mengalami banyak tekanan baik dari pihak luar dan pihak Palestina sendiri, HAMAS menegaskan bahwa sikap poltiknya tergantung pada sikap Israel dan berniat mengubah kebijakannya jika Israel juga melakukan hal serupa terhadap kebijakannya. Tekanan-tekanan yang terus menerus ditujukan kepada HAMAS dikhawatirkan dapat memicu kembali sifat radikal HAMAS dalam kebijakan yang diputuskan dalam pemerintahan Palestina. Tampaknya perdamaian Palestina-Israel semakin jauh dari kenyataan dan tidak akan pernah terwujud tanpa adanya kerjasama kolektif antara Otoritas Palestina dan Otoritas Israel demi mencapai solusi yang tidak merugikan pihak yang selama ini tertindas atas pendudukan Israel. Karena bagi HAMAS Palestina adalah tanah wakaf milik seluruh umat Islam di dunia yang tidak boleh sejengkalpun hilang terlebih dirampas oleh tangan-tangan yang ingin berusaha menghapus identitas dan akar keagamaan serta peradaban Islam yang telah ada sejak ribuan tahun silam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar